Analisis
Ayak, Sieve Analysis
Sieve analysis adalah penentuan persentase berat butiran agregat yang
lolos dari satu set sieve. Tahap penyelesaian suatu sumur yang menembus formasi
lepas (unconsolidated) tidak sederhana seperti tahap penyelesaian dengan
formasi kompak (consolidated) karena harus mempertimbangkan adanya pasir yang
ikut terproduksi bersama fluida produksi. Seandainya pasir tersebut tidak
dikontrol dapat menyebabkan pengikisan dan penyumbatan pada peralatan produksi.
Disamping itu juga menimbulkan penyumbatan pada dasar sumur. Produksi pasir
lepas ini, pada umumnya sensitive terhadap laju produksi. Apabila laju
alirannya rendah, pasir yang ikut
terproduksi sedikit dan sebaliknya. Metode yang umum untuk menanggulangi
masalah kepasiran meliputi penggunaan slotted atau screen liner, dan gravel
packing. Metode penanggulangan ini memerlukan pengetahuan tentang distribusi
ukuran pasir agar dapat ditentukan pemilihan ukuran screen dan gravel yang
tepat.
Ukuran partikel mineral atau bahan lainnya akan mudah ditentukan jika
ukurannya relative besar dan bentuknya
teratur seperti kubik atau bola.Namun pada kenyataanya bijih memiliki bentuk yanng tidak beraturan, sehingga sangat sulit untuk
menentukan ukuurannya itu dengan tepat.Agar diperoleh nilai ukuuran biji atau
bahan lainnya yang resperantive dan dapat diterima oleh kalangan banyak,maka
dibuat standar nilai yang dapat memperkirakan ukuran tersebut.Nilai diameter
bijih nominal tergantung pada metoda untuk dapat menentukkanny.Terdapat dua
metoda unntuk dapat menentukan diameter nominnal pada pengolahan mineral :
1.
Metode ayakan , atau sieve.
Diameter nominal dietentukan dengan mennggunakan ayakan.Diamater nominal pada
sistem ini adalah sesuai ukuran lubang ayakan , yang dinotasikan dengan da.
Metode ini biasanya digunnakan untuk mengukur ukuran partikel yang lebih besar daripda 44 mikron.
2.
Metode sedimentasi atau elutriasi.
Diameter nominal pada cara ini ditentukan berdasarkan hukum Stoke, Dinotasikan
dengan ds oleh karena
itu , diameternya ddisebut dengan
diametr Stoke. Metoda ini dilakukan untuk mengukur partikel yang memiliki
ukuran yang lebih kecil daripada 44 mikron.
Formasi lepas adalah formasi
yang tidak memiliki sementasi yang baik, merupakan suatu sistem yang tidak
stabil sehingga daya ikat antar butiran yang ada pada batuan sangat kecil,
sedangkan formasi lepas merupakan formasi yang memiliki sementasi yang baik,
merupakan suatu sistem yag stabil sehingga daya ikat antar butiran pada formasi
batuan besar. Analisis ayak dilakukan dengan menggunakan ayakan seri yang ukuran
lubangnya tertentu, biasanya berbanding √2. Sebagai ukuran standar adalah
lubang ayakan yang dibuat dari kawat berdiameter 0,0021 inci, dianyam sehingga
menghasilkan lubang sebanyak 200 buah untuk tiap inci linear. Lubang ayakan ini
dinyatakan berukuran 0,0029 inci atau 74 mikron dan disebut 200 mesh. Analisis
ayak dilakukan dalam suatu alat yang terdiri dari susunan ayakan dan mesin
penggetar atau vibrator. Ayakan disusun dengan lubang ayakan besar di atas dan
ayakan berlubang kecil di bawah secara berurutan. Sampel dimasukkan di ayakan
teratas.
Peralatan
Untuk Analisis Ayak, Sieve Analysis
Jenis – jenis
Batuan Reservoir
Pemilihan kombinasi logging yang optimum tidak lepas dari pengaruh jenis batuan formasi. Dengan jenis perlapisan batuan yang bervariasi berdasarkan fungsi kedalaman sumur bor, kita akan memilih alat logging yang sesuai dengan jenis batuan formasi pada sumur bor yang akan dilogging, dengan tujuan menghasilkan pengukuran yang akurat. Terdapat tiga jenis formasi batuan yang sering terkait dengan evaluasi log ini yaitu :
A. Formasi lunak (soft formation)
Yaitu formasi yang tidak kompak atau mudah runtuh (uncosolidated). Tahanan batuan kecil sampai dengan menengah. Mempunyai porositas besar lebih dari 20%. Karena memiliki Φ>20%, diameter invasi lumpur (Di) sekitar 2d (d: diameter lubang bor). Batuannya yaitu pasir (sandstone) dan shale (shaly sand).
B. Formasi sedang (intermediate formation)
Yaitu formasi yang cukup kompak (moderate consolidated). Tahanan formasi sedang dan mempunyai porositas antara 15% - 20%. Diameter invasi lumpur Di = 3d. Golongan formasi ini adalah batu pasir.
C. Formasi keras (hard formation)
Formasi ini lebih kompak dari formasi lunak dan sedang. Tahanan batuan sangat tinggi. Porositasnya kurang dari 15%, diameter invasi lumpur (Di) = 10d. Jenis batuan keras limestone dan dolomite.
Pemilihan kombinasi logging yang optimum tidak lepas dari pengaruh jenis batuan formasi. Dengan jenis perlapisan batuan yang bervariasi berdasarkan fungsi kedalaman sumur bor, kita akan memilih alat logging yang sesuai dengan jenis batuan formasi pada sumur bor yang akan dilogging, dengan tujuan menghasilkan pengukuran yang akurat. Terdapat tiga jenis formasi batuan yang sering terkait dengan evaluasi log ini yaitu :
A. Formasi lunak (soft formation)
Yaitu formasi yang tidak kompak atau mudah runtuh (uncosolidated). Tahanan batuan kecil sampai dengan menengah. Mempunyai porositas besar lebih dari 20%. Karena memiliki Φ>20%, diameter invasi lumpur (Di) sekitar 2d (d: diameter lubang bor). Batuannya yaitu pasir (sandstone) dan shale (shaly sand).
B. Formasi sedang (intermediate formation)
Yaitu formasi yang cukup kompak (moderate consolidated). Tahanan formasi sedang dan mempunyai porositas antara 15% - 20%. Diameter invasi lumpur Di = 3d. Golongan formasi ini adalah batu pasir.
C. Formasi keras (hard formation)
Formasi ini lebih kompak dari formasi lunak dan sedang. Tahanan batuan sangat tinggi. Porositasnya kurang dari 15%, diameter invasi lumpur (Di) = 10d. Jenis batuan keras limestone dan dolomite.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar