Selasa, 23 Juni 2015

sistem pengayakan pada formasi(sieve analysis)



Analisis Ayak, Sieve Analysis

Sieve analysis adalah penentuan persentase berat butiran agregat yang lolos dari satu set sieve. Tahap penyelesaian suatu sumur yang menembus formasi lepas (unconsolidated) tidak sederhana seperti tahap penyelesaian dengan formasi kompak (consolidated) karena harus mempertimbangkan adanya pasir yang ikut terproduksi bersama fluida produksi. Seandainya pasir tersebut tidak dikontrol dapat menyebabkan pengikisan dan penyumbatan pada peralatan produksi. Disamping itu juga menimbulkan penyumbatan pada dasar sumur. Produksi pasir lepas ini, pada umumnya sensitive terhadap laju produksi. Apabila laju alirannya rendah, pasir       yang ikut terproduksi sedikit dan sebaliknya. Metode yang umum untuk menanggulangi masalah kepasiran meliputi penggunaan slotted atau screen liner, dan gravel packing. Metode penanggulangan ini memerlukan pengetahuan tentang distribusi ukuran pasir agar dapat ditentukan pemilihan ukuran screen dan gravel yang tepat.
 Ukuran partikel mineral  atau bahan lainnya akan mudah ditentukan jika ukurannya relative besar  dan bentuknya teratur seperti kubik  atau  bola.Namun pada kenyataanya bijih  memiliki bentuk yanng tidak  beraturan, sehingga sangat sulit untuk menentukan ukuurannya itu dengan tepat.Agar diperoleh nilai ukuuran biji atau bahan lainnya yang resperantive dan dapat diterima oleh kalangan banyak,maka dibuat standar nilai yang dapat memperkirakan ukuran tersebut.Nilai diameter bijih nominal tergantung pada metoda untuk dapat menentukkanny.Terdapat dua metoda unntuk dapat menentukan diameter nominnal pada pengolahan mineral :
1.      Metode ayakan , atau sieve. Diameter nominal dietentukan dengan mennggunakan ayakan.Diamater nominal pada sistem ini adalah sesuai ukuran lubang ayakan , yang dinotasikan dengan da. Metode ini biasanya digunnakan untuk mengukur ukuran partikel yang  lebih besar daripda 44 mikron.
2.      Metode sedimentasi atau elutriasi. Diameter nominal pada cara ini ditentukan berdasarkan hukum Stoke, Dinotasikan dengan  ds oleh karena itu  , diameternya ddisebut dengan diametr Stoke. Metoda ini dilakukan untuk mengukur partikel yang memiliki ukuran yang lebih kecil daripada 44 mikron.
 Formasi lepas adalah formasi yang tidak memiliki sementasi yang baik, merupakan suatu sistem yang tidak stabil sehingga daya ikat antar butiran yang ada pada batuan sangat kecil, sedangkan formasi lepas merupakan formasi yang memiliki sementasi yang baik, merupakan suatu sistem yag stabil sehingga daya ikat antar butiran pada formasi batuan besar. Analisis ayak dilakukan dengan menggunakan ayakan seri yang ukuran lubangnya tertentu,  biasanya berbanding √2. Sebagai ukuran standar adalah lubang ayakan yang dibuat dari kawat berdiameter 0,0021 inci, dianyam sehingga menghasilkan lubang sebanyak 200 buah untuk tiap inci linear. Lubang ayakan ini dinyatakan berukuran 0,0029 inci atau 74 mikron dan disebut 200 mesh. Analisis ayak dilakukan dalam suatu alat yang terdiri dari susunan ayakan dan mesin penggetar atau vibrator. Ayakan disusun dengan lubang ayakan besar di atas dan ayakan berlubang kecil di bawah secara berurutan. Sampel dimasukkan di ayakan teratas.
Sieve Analisis
Peralatan Untuk Analisis Ayak, Sieve Analysis
Jenis – jenis Batuan Reservoir
            Pemilihan kombinasi logging yang optimum tidak lepas dari pengaruh jenis batuan formasi. Dengan jenis perlapisan batuan yang bervariasi berdasarkan fungsi kedalaman sumur bor, kita akan memilih alat logging yang sesuai dengan jenis batuan formasi pada sumur bor yang akan dilogging, dengan tujuan menghasilkan pengukuran yang akurat. Terdapat tiga jenis formasi batuan yang sering terkait dengan evaluasi log ini yaitu :
A. Formasi lunak (soft formation)
Yaitu formasi yang tidak kompak atau mudah runtuh (uncosolidated). Tahanan batuan kecil sampai dengan menengah. Mempunyai porositas besar lebih dari 20%. Karena memiliki Φ>20%, diameter invasi lumpur (Di) sekitar 2d (d: diameter lubang bor). Batuannya yaitu pasir (sandstone) dan shale (shaly sand).

B. Formasi sedang (intermediate formation)
Yaitu formasi yang cukup kompak (moderate consolidated). Tahanan formasi sedang dan mempunyai porositas antara 15% - 20%. Diameter invasi lumpur Di = 3d. Golongan formasi ini adalah batu pasir.
C. Formasi keras (hard formation)
Formasi ini lebih kompak dari formasi lunak dan sedang. Tahanan batuan sangat tinggi. Porositasnya kurang dari 15%, diameter invasi lumpur (Di) = 10d. Jenis batuan keras limestone dan dolomite.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar