Selasa, 23 Juni 2015

ANALISA AIR FORMASI




ANALISA PENGARUH AIR FORMASI
TERHADAP PRODUKSI MINYAK
Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Praktikum Analisa Fluida Reservoar ( AFR )
Di Susun Oleh :
FANDI ACHMAD
1403053





Dosen Pengajar : Roni Alida, ST

LABORATORIUM PERMINYAKAN
PROGRAM STUDI TEKNIK EKPLORASI PRODUKSI MIGAS
POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG
2014 / 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT  karena berkat curahan Rahmat dan HidayahNya jualah, sehingga penulis dapat menyelesaikan  Makalah mengenai Analisa Pengaruh Air formasi terhadap Produksi Minyak  ini dengan lancar sesuai yang di harapkan, Makalah ini merupakan tugas dari salah satu mata kuliah, yaitu Praktikum Analisa Fluida Reservoar ( AFR ).
Dalam Pembuatannya sendiri makalah ini disusun dari berbagai sumber refrensi baik itu dari Buku,  Internet dan juga penyampaian Materi secara langsung oleh Dosen pada saat perkuliahan berlangsung.
Dengan selesainya pembuatan Makalah  ini tak lupa juga penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh Dosen Pengajar mata kuliah  Praktikum Analisa Fluida Reservoar ini terutama kepada Bapak Roni Alida, ST selaku penanggung jawab mata kuliah tersebut.
Kami sangat berharap Semoga apa yang penulis sampaikan dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi bagi para pembaca khususnya untuk seluruh Mahasiswa Teknik Eksplorasi Produksi Migas Politeknik Akamigas Palembang dalam menambah wawasan dan pengetahuan kita terutama mengenai Analisa kimia air Formasi.
Dan Kami juga menyadari bahwasannya dalam pembuatan Makalah ini terdapat banyak sekali kekurangan maupun kekeliruan disana sini, oleh karena nya Kritik dan Saran yang bersifat membangun sangat dibutuhkan Penulis  guna mencapai hasil yang lebih baik di masa mendatang


                                                                                    Palembang,  11 Maret 2015


 Penyusun
DAFTAR ISI

COVER
Kata Pengantar ...................................................................................................
Daftar Isi ............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang ............................................................................................
1.2    Tujuan  dan Manfaat....................................................................................
1.3    Batasan Masalah .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian  air formasi.................................................................................
2.2  Sifat – sifat air formasi  ...............................................................................
2.3  Dampak dan Manfaat air formasi.................................................................
BAB III PENUTUP
5.1  Kesimpulan .................................................................................................   Saran ..................................................................................................................
Daftar Pustaka




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar belakang
Minyak bumi adalah suatu senyawa hidrokarbon yang terdiri dari karbon (83-87%), hidrogen (11-14%), nitrogen (0,2-0,5%), sulfur (0-6%), dan oksigen (0-3,5%).  Dalam proses produksi minyak dan gas bumi sendiri, tidak semua Fluida yang kita dapatkan dari kegiatan pengeboran 100 % nya adalah minyak. Kita juga harus memahami bahwasannya di dalam fluida itu sendiri terdapat Minyak, Gas, dan juga Air. Nah produksi yang bagus itu adalah saat jumlah volume minyak maupun gas yang kita dapatkan, itu jauh lebih banyak dari pada jumlah volume airnya, kenapa demikian ?...  karena kita sebagai orang - orang perminyakan yang kita cari adalah minyak dan gas bukannya air.
Nah dalam kegiatan proses penambangan minyak bumi dari sumur pengeboran sendiri, nantinya kita akan mengenal istilah Air Formasi. Dimana Air formasi itu sendiri biasanya disebut dengan oil field water atau connate water atau ada juga yang menyebutnya intertial  water yaitu  air yang ikut terproduksi bersamaan dengan minyak dan gas pada kegiatan saat kegiatan pemeboran. Air formasi hampir selalu ditemukan didalam reservoir hidrokarbon karena memang dengan adanya air ini ikut menentukan terakumulasinya hidrokarbon didalam suatu akumulasi minyak, air selalu menempati sebagian dari suatu reservoir, minimal 10 % dan maksimal 100 % dari keseluruhan pori.
Di daerah kita khususnya wilayah Sumatera Selatan, jumlah volume air formasinya cukup besar antara 5 – 10 %. Nah jika jumlah air formasi ini sampai 100 % berarti sumur yang kita miliki tidak mengandung minyak sama sekali itu artinya 100 % kandungannya adalah air. Selain air juga terdapat komponen-komponen lain berupa pasir, garam-garam mineral, aspal, gas CO2 dan H2S. Komponen-komponen yang terbawa bersama minyak ini menimbulkan permasalahan tersendiri pada proses produksi minyak bumi.
Air yang terdapat dalam jumlah besar sebagian dapat menimbulkan emulsi dengan minyak akibat adanya emulsifying agent dan pengadukan. Selain itu hal yang tak kalah penting ialah adanya gas CO2 dan H2S yang dapar menyebabkan korosi dan dapat mengakibatkan kerusakan pada casing, tubing, sistem perpipaandan surface fasilities. Sedangkan ion-ion yang larut dalam air seperti kalsium, karbonat, dan sulfat dapat membentuk kerak (scale). Scale dapat menyebabkan pressure drop karena terjadinya penyempitan pada sistem perpipaan,tubing, dan casing sehingga dapat menurunkan produksi
Karena itu Study mengenai air formasi sendiri diperlukan sekali sebagai identifikasi formasi, juga sebagai indikasi bahwa minyak dan gas yang diperoleh dari kegiatan pengeboran sudah bersih dari kotoran-kotoran yang terikut selama proses pengeboran.

1.2. Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari pembuatan makalah mengenai Analisa pengaruh Air formasi terhadap Produksi Minyak ini, diantaranya adalah
·         Untuk dapat mengetahui pengertian dari itu Air formasi
·         Untuk dapat mengetahui sifat fisika dan kimia air formasi
·         Agar dapat memahami manfaat dan dampak dari adanya air formasi
·         Agar dapat memahami hubungan air formasi terhadap jumlah produksi minyak

Sedangkan manfaat yang diharapkan dengan adanya makalah ini baik untuk mahasiswa, kampus maupun penulis, yaitu diantaranya adalah
·         Dapat menjadi sarana pembelajaran dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
·         Dapat menjadi pedoman bagi para pembaca dalam memahami materi mengenai analisa kimia air formasi
·         Menjadi motivasi untuk lebih memahami lagi semua sektor industri perminyakan terutama yang berkaitan dengan masalah produksi
·         Menciptakan gagasan dan ide – ide kreatif mengenai teknologi kedepannya dalam pengaplikasian di lingkungan dunia kerja

1.3. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah yang kami buat Mengingat materi mengenai analisa kimia air formasi ini sangatlah luas, maka kami berusaha untuk memberikan batasan masalah yaitu dengan mempersempit ruang lingkup materi yang akan dibahas dengan hanya menitik beratkan kepada pengertian dari Air formasi, sifat fisika dan kimia dari air formasi itu sendiri serta alasan kenapa air formasi bisa mempengaruhi produksi 





















BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dari Air Formasi
Apa itu Air Formasi ?... Air formasi atau yang disebut juga dengan oil field water atau connate water atau interstitial water adalah air yang terproduksi bersama-sama dengan minyak dan gas, karena adanya gaya dorong dari air (water drive) yang mengisi pori-pori yang ditinggalkan minyak. Air formasi hampir selalu ditemukan didalam reservoir hidrokarbon. Air formasi diperkirakan berasal dari laut yang ikut terendapkan bersama dengan endapan sekelilingnya, karena situasi pengendapan batuan reservoir minyak terjadi pada lingkungan pengendapan laut.
Air formasi Selain berasal dari lapisan itu sendiri atau juga berasal dari air formasi dari lapisan lain yang masuk kedalam lapisan produktif, biasanya disebabkan oleh:
1. Penyemenan yang kurang baik.
2. Kebocoran casing yang disebabkan oleh :
     a.  Korosi pada casing.
     b.  Sambungan kurang rapat.
     c.  Pengaruh gaya tektonik rapat (patahan).
Air formasi sendiri biasanya mengandung bermacam-macam garam dan asam, terutama NaCl sehingga merupakan air yang asam bahkan asam sekali. Dimana sifat asam maupun basa semuanya sama – sama berpengaruh nantinya dalam kegiatan Produksi.
Keberadaan air formasi akan menimbulkan gangguan pada proses produktifitas sumur, tetapi walau demikian keberadaan air formasi juga mempunyai kegunaan cukup penting, antara lain:
1.  untuk mengetahui penyebab korosi pada peralatan produksi suatu sumur.
2.  untuk mengetahui adanya scale formation.
3.  untuk dapat menentukan sifat lapisan dan adanya suatu kandungan yodium   
    dan barium yang cukup besar dan dapat digunakan untuk mengetahui
adanya reservoir minyak yang cukup besar.
Adapun kesulitan yang ditimbulkan karena adanya air formasi adalah:
1.    Adanya korosi.
2.    Adanya solid deposit.
3.    Adanya scale formation.
4.    Adanya emulsi.
      5.    Adanya kerusakan formasi.

2.2. Sifat – sifat air formasi
Adapun sifat dari air formasi sendiri terbagi menjadi dua yaitu sifat air formasi secara fisika dan secara kimia
2.2.1 Sifat Fisik Air Formasi
Air formasi hampir selalu dijumpai bersama-sama dengan endapan minyak. Sering dijumpai dalam produksi suatu sumur minyak justru jumlah produksi air formasi lebih besar dari produksi minyaknya. Seperti pada gas dan minyak, maka sifat-sifat fisik air formasi meliputi : 
berat jenis air, viskositas air, faktor volume formasi air,kompresibilitas, dan kelarutan gas dalam air formasi.
a. Densitas Air Fomasi (ρw)
Densitas air formasi adalah massa air murni pada suatu reservoir dinyatakan dengan massa per satuan volume, specific volume yang dinyatakan dalam persatuan massa dan specific gravity yaitu densitas air formasi pada suatu kondidi tertentu yaitu pada tekanan 14.7 psi dan temperatur 60 oF. Berat jenis formasi(ρw) pada reservoir dapat ditentukan dengan membagi ρw pada kondisi atandart dengan faktor volume formasi (Bw) dan perhitungan itu dapat dilakukan bila air formasi jenuh terhadap gas alam pada kondisi reservoir.
b. Viskositas Air Formasi (µw)
Viskositas air formasi akan tergantung pada tekanan, temperatur dan tingkat ssalinitas yang dikandung air formasi tersebut. Viskositas air formasi (µw) akan naik terhadap turunnya temperatur dan kenaikan tekanan. Kegunaan mengenai perilaku kekentalan air formasi pada kondisi reservoir terutama untuk mengontrol gerakan air formasi di dalam reservoir.
c. Faktor volume formasi air formasi (Bw)
Faktor volume formasi air formasi (Bw) menunjukkan perubahan volume air formasi dari kondisi permukaan. Faktor volume formasi air formasi ini dipengaruhi oleh pembebasan gas dan air dengan turunnya tekanan, pengembangan air dengan turunnya tekanan dan penyusutan air dengan turunnya suhu.
d. Kompressibilitas Air Formasi (Cw)
Kompressibilitas air formasi didefinisikan sebagai perubahan volume air formasi yang disebabkan oleh adanya perubahan tekanan yang mempengaruhinya. Kompressibilitas air murni tergantung pada suhu, tekanan, dan kelarutan gas dalam air.
e. Kelarutan Gas dalam Air Formasi
Kelarutan gas dalam air formasi akan lebih kecil bila dibandingkan dengan kelarutan gas dalam minyak di reservoir pada tekanan dan temperatur yang sama. Pada temperatur tetap, kelarutan gas dalam air formasi akan naik dengan naiknya te-kanan. Sedangkan pada tekanan tetap, kelarutan gas dalam air formasi mula-mula menurun sampai harga minimum kemudian naik lagi terhadap naiknya suhu, dan kelarutan gas dalam air formasi akan berkurang dengan bertambahnya kadar garam, dengan demikian kelarutan gas dalam air formasi juga dipengaruhi oleh kegaraman air formasi, maka harga kelarutan gas dalam air formasi perlu dikoreksi.

2.2.2 Sifat kimiawi, meliputi :
a. Bersifat asam
b. Bersifat Basa
Air formasi memiliki 2 sifat yaitu asam dan basa. Sifat asam mengakibatkan korosi. Korosi adalah pengkaratan. Hal ini dapat menyebabkan pemproduksian minyak terganggu. Bila air formasi yang bersifat asam tetap di alirkan maka dapat merusak pipa. Hal ini di karenakan air yang melengket di pipa-pipa yang semakin lama semakin mengeras dan mengakibatkan pengkaratan. Pengkaratan yang dibiarkan terus menerus lama kelamaan pipa akan bocor dan minyak akan meluber kemana-mana, sehingga mengurangi hasil produksi minyak.
Sedangkan sifat air formasi yang basa, mengakibatkan terjadinya endapan. Endapan dapat berbentuk pasir dan sedimen.Endapan dapat di hancurkan menggunakan demulsifier. Endapan sendiri dapat mengakibatkan merusak produksi minyak yg di hasilkan.
Dalam artian minyak yang mengandung endapan akan memperburuk minyak yang di hasilkan.Adapun kandungan utama dalam air formasi ini adalah unsure K(kalium) dan CL(chlor) di jumpai dalam jumlah yang sangat banyak.
2.2.3 Manfaat dan Dampak yang disebabkan karna adanya Air formasi
Keberadaan air formasi akan menimbulkan gangguan pada proses produktifitas sumur,tetapi walau demikian keberadaan air formasi juga mempunyai kegunaan cukup penting , antara lain :
1.                   Untuk mengetahui penyebab korosi pada peralatan produksi suatu  
           sumur
2.                   Untuk mengetahui adanya scale formation
3.                   Untuk dapat menentukan sifat lapisan dan adanya suatu kandungan
             yodium dan barium yang cukup besar dan dapat di gunakan untuk
           mengetahui adanya reservoir minyak yg cukup besar.
sedangkan kesulitan yang ditimbulkan atau dampak karena adanya air formasi adalah :
A.1 Adanya korosi
Problem korosi timbul akibat adanya air yang berasosiasi dengan minyak dan gas pada saat diproduksikan ke permukaan. Air bersifat asam atau garam, atau keduanya dan kecenderungan mengkorosi logam yang disentuhnya. Besi umumnya mudah bersenyawa dengan sulfida dan oksigen, sehingga korosi yang dihasilkan berupa feri oksida. Untuk itu adanya anggapan bahwa korosi merupakan reaksi antara besi dengan oksigen atau hydrogen.
A.1.1 Faktor-faktor penyebab terjadinya korosi antara lain :
o   Pengaruh komposisi logam, dimana setiap logam yang berbeda komposisinya mempunyai kecendrungan yang berbeda pula terhadap korosi.
o   Pengaruh komposisi air, dimana pengkaratan oleh air akan meningkat dengan naiknya konduktivitas. Disamping itu pengkaratan oleh air juga akan meningkat dengan menurunnya pH air.
o   Kelarutan gas, dimana oksigen , karbondioksida atau hidrogen sulfida yang terlarut dalam air akan menaikkan korosivitas secara drastis. Gas yang terlarut adalah sebab utama problem korosi. Jika gas-gas tersebut dapat dibuat tidak memasuki sistem air dan air dipertahankan pada pH yang netral atau pH yang lebih tinggi, maka kebanyakan sitem air akan mempunyai problem korosi sedikit.
o   Akibat reaksi perubahan fase dan reaksi kimia secara langsung seperti pipa yang mengalami perenggangan.
A.1.2  Syarat-syarat terjadinya korosi adalah :
1.  Anoda
 Anoda merupakan bagian dari logam yang terkorosi. Pada waktu logam larut maka atom melepaskanelektronnya sehingga logam menjadi positif. Reaksinya adalah sebagai berikut :
 Fe  :        Fe++ +2e
2. Katoda
Katoda merupakan logam yang tidak terlarut tetapi merupakan tempat yang dituju oleh gerakkan elektron yang dalam perjalanannya bereaksi dengan ion yang ada dalam air. Proses ini disebut reduksi, adapun reaksinya sebagai berikut :
  2 H+ + 2e                                    H2    
3. Elektrolit
Proses korosi akan berjalan secara simultan jika ada penghantar listrik yang disebut elektrolit. Dalam hal ini air merupakan zat elektrolit yang mempunyai sifat hantar listrik, ini akan naik jika kadar garam dalam air itu bertambah.

A.1.3  Beberapa macam korosi yang sering dijumpai anatara lain 
o  Sweet, Corrosion, yaitu korosi yang disebabkan oleh COdan sam pekat serta tekanan parsialnya (7-30 psi atau lebih). Adapun reaksi kimia yang terjadi sebagai berikut  :
CO2 + H2O                H2CO3
Fe + H2CO3               FeCO3 +2H
o  Sour Corrosion, yaitu korosi yang disebabkan oleh H2S (dan sejumlah kecil O2 dan CO2). Pada baja biasanya membentuk serbuk hitam yang merupakan katode baja sehingga baja mudah patah atau aus. Karena molekul H membuat celah atau retakan -retakan dan bila ada mikroorganisme maka akan mempercepat terjadinya korosi. Adapun reaksi kimia yanga terjadi sebagai berikut  :        
H2S +Fe             FeS +2H
o  Oxygen Corrosion, yaitu korosi yang disebabkan oleh udara atau air yang mengandung O2, yang ditandai adanya FeO(OH) dan Fe2O3 . Adanya gas yang mengandung CO2 dan H2S atau air garam dapat mempercepat lajunya korosi tersebut. Adapun reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut :
    2Fe +  O2 + H2O                 Fe2O+H2O
o  Electrochemical Corrosion, yaitu korosi yang disebabkan kandungan anode, katode, elktrolit dan konduktor. Ditinjau dari reaksi kimia-listriknya, maka terdapat  dua tipe yaitu : 
a.            Peristiwa pembalikan aliran listrik, bila dua keping logam  
yang berbeda dicelupkan pada media elektrolit yang sama.
b.            Bila dua keping yang sejenis dilarutkan pada media salah
satunya ditembuskan udara maka yang tidak merngansdung udara menjadi katode, sebaliknya menjadi anode, Fe(OH)2 dan Fe(OH)3 akan mengendap saat ion besi (Fe++) bereaksi dan menghasilkan OH- pada katode.

A.1.4.   Cara pencegahan korosi antara lain dengan :
o    Mengontrol atau menurunkan kadar salinitas, H2S, CO3 dan O2 dalam semua proses yang berhubungan dengan produksi minyak, sehingga pH dapat dinaikkan (tingkat keasaman menurun).
o    Pelapisan khusus (coating) pada pipa  dengan memakai “polythylene” dan “poly-vinyl chloride”.
Dalam pemakaiannya, coating harus bersifat :
a.            Mampu dan cukup kuat menahan tegangan dari perubahan  
suhu
b.     Berdaya ikat yang baik pada permukaan logam
c.      Bertahanan listrik tinggi setelah instalasi pipa dipasang
d.     Dalam waktu tertentu bereduksi lemah pada tahanan
        listriknya
o  Pemakaian “corrosion inhibitor” secara efektif
     Dalam pemakaian “corrosion inhibitor” diharapkan selain menetralisir korosi, juga melindungi dari elektrolit, yaitu :
a. Pembentukan film (mengurangi difusi antara logam-elektrolit)
b. Detergen (menjaga agar sistem tetap bersih)
c. Demulsifer (menetralisir pembentukan emulsi-korosi inhibitor)
d. Bakterisasi (mencegah pertumbuhan bakteri)
o   “Cathodic Pretection” yaitu memasukkan arus listrik ke dalam logam, yang penggunaannya sesuai dengan:
a.  Resistivitas atau tanah sekeliling daerah tersebut
b. Karakteristik pipa yang digunakan
B.1     Adanya Scale formation
               Scale merupakan kristalisasi dan pengendapan mineral yang berasal dari hasil reaksi ion-ion yang terkandung dalam air formasi. Pengendapan dapat terjadi di dalam pori-pori batuan formasi, lubang sumur bahkan peralatan permukaan.
B.1.1 Penyebab terbentuknya endapan scale antara lain :
a. Bercampurnya dua Jenis Air Yang Berbeda
                           Dua jenis air yang sebenarnya tidak mempunyai kecenderungan untuk membentuk scale, bila bercampur kemungkinan membentuk suatu komponen yang tidak larut. Contoh yang umum adalah pencampuran antara air injeksi dengan air formasi di bawah sumur, dimana yang satu mempunyai kelarutan garam-garam barium yang tinggi, sedangkan yang lainnya mengandung larutan sulfate.
                           Pencampuran ini akan mengakibatkan pembentukan endapan barium sulfate (BaSO4) yang dapat menyumbat dan sulit untuk dibersihkan. Endapan carbonate dan sulfate akan menjadi lebih keras dan makin bertambah apabila larutan mineralnya dalam keadaan bersentuhan (kontak) dengan permukaan dalam waktu yang lama.
b. Penurunan Tekanan
                           Pada saat air formasi mengalir dari reservoir menuju lubang sumur, maka akan terjadi penurunan tekanan. Penurunan tekanan ini dapat pula terjadi dari dasar sumur ke permukaan dari well head ke tanki pengumpul. Penurunan tekanan ini akan menyebabkan terlepasnya CO2 dan ion bikarbonat (HCO3-) dari larutan.
                           Dengan terbebaskannya gas CO2 , sehingga akan menyebabkan berkurangnya kelarutan CaCO3. Hal ini berarti penurunan tekanan pada suatu sistem akan menyebabkan meningkatnya kemungkinan terbentuknya scale CaCO3.
B.1.2 Mekanisme Terbentuknya Scale
a. Makin besar pH
    Makin besar pH cairan, maka akan mempercepat terbentuknya scale. Scale biasanya terbentuk pada kondisi basa (pH > 7).
b. Terjadinya agitasi (pengadukan)
Pengadukan atau goncangan akan mempercepat terbentuknya endapan scale. Scale biasanya terbentuk pada tempat dimana faktor turbulensi besar, seperti sambungan pipa, valve dan daerah-daerah penyempitan aliran.
c. Kelarutan zat padat
Kelarutan zat padat yang dikandung oleh air sangat berperan dalam pembentukan scale, sebab bila kelarutan zat padat rendah atau kecil, maka kemungkinan untuk terbentuknya scale akan semakin besar.

B.1.3 Jenis-jenis scale yang terjadi antara lain :
o   Scale Calcium Sulfate (CaSO4)
Scale Calcium Sulfate terbentuk dari reaksi ion calcium dan ion sulfat reaksinya sebasgai berikut :
Ca++ + SO4=                            CaSO4
o   Scale Barium Sulfate (BaSO4)
Scale Barium Sulfate dibentuk oleh kombinasi ion Ba++ dan ion SO4= dengan reaksi sebagai berikut :
Ba++ + SO4=                             BaSO4
o   Scale Kalsium Karbonate (CaCO3)
Scale ini terbentuk dari kombinasi ion kalsium dan ion karbonat atau bicarbonate, sesuai dengan reaksi :
Ca++  + CO3=                                     CaCO3
Ca++ + 2(HCO3)                               CaCO+ CO+ H2O
Perubahan  kesetimbangan kimia ini menyebabkan terbentuknya scale yang dapat menghambat atau menutup pori-pori batuan.

B.1.4 Cara mencegah terbentuknya scale :
o   Menghindari tercampurnya air yang incompatible (tidak boleh campur)
o   Mengubah komposisi air dengan water dilution (pengencer air ) atau mengontrol pH
o   Menghilangkan zat pembentuk scale
o   Penambahan scale control chemical

B.1.5  Cara mengatasi problem scale
o   Penambahan larutan EDTA (Ethylene Diamine Tetra Acetic)
o   Acidizing (Penambahan larutan HCl atau HCl:HF )

C.1  Adanya Emulasi
               Emulsi adalah campuran dua macam cairan yang dalam keadaan biasa tidak dapat bercampur (immiscible). Problem emulsi umumnya timbul pada saat air mulai terproduksi bersama minyak. Air yang tidak dapat bercampur dengan minyak dinamakan air bebas dan dengan mudah dipisahkan dengan cara pengendapan. Namun  disegi lain ada emulsi yang sulit berpisah, sehingga diperlukan suatu usaha untuk pemecahannya. Terdapat tiga faktor penting yang membentuk emulsi stabil, yaitu :
1. Adanya dua macam cairan yang immiscible.
2. Adanya pengadukan/agitasi yang cukup kuat untuk menyebarkan
    cairan yang satu ke dalam cairan yang lainnya.
3. Adanya emulsifying agent yang dapat membuat emulsi menjadi    
           stabil.
4.    Di dalam emulsi cairan dalam bentuk butiran-butiran yang tersebar   
5.    disebut dispersed (internal) phase, dan cairan yang mengelilingi butiran-butiran itu disebut continuous (external) pahase. Secara umum emulsi dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu :
1.      Water in oil (W/O) emulsion dimana air sebagai dispersed dan    
minyak sebagai continious phase. Water in oil emulsi inilah yang sering dijumpai.
2.      Oil in water (O/W) emulsion, dimana minyak sebagai dispersed
phase dan air sebagai continious phase.

 Ditinjau dari kestabilannya, emulsi juga dapat dibagi 2 (dua)   
 macam, yaitu :
1.      Emulsi yang stabil adalah emulsi dimana minyak dan air tidak
dapat memisahkan  diri tanpa bantuan dari luar.
2.      Emulsi yang tidak stabil adalah emulsi dimana minyak dan air
dapat memisahkan diri tanpa bantuan dari luar, cukup hanya diberikan settling time saja.
Kestabilan emulsi tergantung beberapa faktor, yaitu :
            Emulsifying agent, pada emulsi minyak bumi yang stabil. Hal ini
terdiri dari : asphalt, resin, oil soluble organic acid dan material-material halus yang lebih larut atau dapat berpencar dalam minyak daripada dalam air.
o   Viskositas, jika tinggi maka kecendrungan untuk mengikat
butiran air lebih besar dibanding minyak yang viskositasnya lebih rendah. Minyak yang viskositasnya besar memerlukan waktu lebih lama untuk memecahkan emulsinya.
o   Specific grafity, bila perbedaannya besar maka akan mempercepat settling. Minyak yang berat berkecendrungan untuk menahan butiran-butiran air dalam bentuk suspensi lebih lama.
o   Prosentase air yang tinggi akan membentuk emulsi yang kurang stabil, sehingga mudah dipisahkan dari minyaknya.
o   Umur emulsi, minyak yang mengandung emulsi bila dimasukkan ke dalam tangki, dan air yang tersisa terpisahkan serta tidak segera dilakukan treatmen, maka emulsi tersebut menjadi sangat sulit untuk dipisahkan.
C.2  Pencegahan problem emulsi
     Secara umum pencegahan problem emulsi  dapat dibagi 2 (dua) yaitu :
·                      Tidak memproduksikan minyak dengan air secara serentak.
·                      Mencegah timbulnya agitasi yang dapat membentuk emulsi
Karena memisahkan air didalam wellbore bisanya sangat sulit, maka pencegahan agitasilah yang dituju, yaitu dengan :
·                      Mencegah aliran turbulensi akibat penggunaan surface choke yang  
kurang tepat, dengan memberi tekanan separator lebih besar namun dijaga perbedaan tekanannya masih mampu mengalirkan minyak ke separator.
·                      Pemakaiaan bottom hole choke, yang didasarkan atas :
a)       Perbedaan tekanan yang kecil antara up dan down-stream
b)      Temperatur didasar sumur jauh lebih tinggi dari temperatur  
          permukaan
c)       Aliran yang lurus dengan jarak relatif panjang pada down-stream   
          dari choke.
·                     Pembukaan dan penutupan sumur secara terencana
Pada sumur-sumur yang di gas lift, pembentukan emulsi bisa dicegah dengan meningkatkan efisiensi gas lift di tubing (pada continious gas lift) dan pemberian demusilfer pada ghatering systemnya.
·                         Pada sumur-sumur pompa, pembesaran efisiensi volumetris pompa yang akan mengurangi terjadinya emulsi yaitu dengan pemasangan gas anchor, clearance pompa yang kecil, spacing yang baik serta kecepatan dan panjang stroke yang semestinya.


C.3   Penanggulangan problem emulsi
Terdapat beberapa macam cara untuk pemecahan emulsi, antara lain dengan :
1.Metode Settling Time (Pengendapan)
   Dengan cara ini diharapkan air, emulsi dan minyak akan terpisah secara    
  gravitasi (karena perbedaan densitasnya). Peralatan yang dipakai dapat  
   berupa : gun barrrel atau wash tank, free water knock out, storage tank,
   atau oil skimmer.
2. Metode Kimiawi (penggunaan demulsifer)
Dengan metode ini dapat merusak film dari emulsifying agent yaitu dengan membuat kaku dan mengkerutkannya.
3. Metode pemanasan
                Metode ini diterapkan dengan anggapan dispersed phase dalam emulsi
    tetap dalam keadaan bergerak (seperti gerak Brown dalam larutan    
     koloid-koloid zig-zag). Panas akan mempercepat gerakan tersebut dan
    menyebabkan partikel dispersed phase saling tubrukan lebih sering
    dengan kekuatan lebih besar, sehingga menyebabkan lapisan film yang
    dibentuk emulsifying agent menjadi pecah, dan viskositas cairan makin
    berkurang yang menyebabkan air terpisah . Di lapangan metode ini  
    diterapkan pada alat-alat Heater Treater.
4.  Metode elektrik (listrik)
Prinsip metode ini adalah merusak atau menetralkan film penyelubung      butiran-butiran air yang diinduksi oleh medan listrik statis, sedangkan       minyak sebagai continious phase diinduksikan sehingga butiran-butiran air yang lebih besar akan cepat mengendap dibanding butiran air yang Skecil .
5.  Metode kombinasi
Di lapangan, metode kombinasi inilah yang sering diterapkan yaitu metode panas-kimiawi dan kimiawi-listrik. Selain itu terdapat metode kombinasi dengan sistem mekanik, yaitu :
o   Filtering, dimana emulsi dipaksa mengalir melalui filter  (saringan) sehingga film yang menyelubungi dispersed phase pecah, namun demikian ternyata tidak semua terpecahkan.
o   Centrifuging, dimana emulsi dipecah dengan gaya centrifugal Seringkali metode pemecahan problem emulsi juga dikombinasikan dengan pemecahkan problem korosi.


















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari penjabaran dan penjelasan diatas maka Dapat kita simpulkan bahwa
o   air formasi merupakan air yang terproduksi bersama minyak dan gas.
o   Sifat-sifat yang terkandung dalam air formasi :
1.
Sifat fisika , yaitu meliputi
a.    Kompresibilitas
            b. Kelarutan gas didalam air
c. Viscositas air.
d. Berat jenis
e. Konduktifitas.

2.
sifat kimiawi, meliputi :
a.       Bersifat asam
b.      Bersifat basa
o   akibat dari air formasi akan menimbulkan scale(endapan) disepanjang pipa distirbusi.scale yang terbentuk pada pipa akan memperkecil diameter dan menghambat aliran fluida ke sistem. Jadi akibatnya suhu semakin tinggi dan tekanan menjadi besar sehingga pipa akan pecah.Kemudian perlu kita ketahui yaitu:
·  Scale formation: suatu endapan yang yang terbentuk pada dalam 
              pipa yang menyebabkan diameter pipa semakin kecil dan produksi (alir) 
  fluida berkurang. Endapan yang terbentuk disebabkan oleh proses   
  kristalisasi  yang terkandung di dalam air formasi.
·  Skin formation: penyumbatan ketebalan formasi dan terjadi pada deforasi. 
Jika negatif  (-) maka perforasi lambat (proses produknya bagus).
o   Air formasi sangat berpengaruh untuk produksi, kenapa ? karena semakin banyak air formasi yang diperoleh saat pemboran maka volume minyaknya akan semakin sedikit
o   Karena sifat air formasi yang memiliki sifat asam maka akan mengakibatkan korosif pada pipa – pipa sehingga lama kelamaan pipa akan semakin terkikis lama kelamaan bisa pecah begitu pula sebaliknya karena sifat basanya maka rentan menyebabkan terjadinya penggumpalan material – material sedimen maupun zat lainnya pada pipa sehingga aliran fluida semakin kecil akibatnya tekanan semakin besar lama – kelamaan juga menyebabkan pipa bocor atau pecah.
o   Dengan mempelajari analisa kimia air formasi kita dituntut untuk menyeimbangkan Ph jangan terlalu asam maupun terlalu basa agar tidak menyebabkan masalah yang dapat mengganggu produksi kita.


3.2. Saran
Untuk lebih menunjang pemahaman mengenai analisa kimia air formasi khususnya pengaruh air formasi bagi produksi maka akan lebih bagus lagi jika mencari ulasan maupun refrensi yang lainnya demi menambah pemahaman kita semua.











DAFTAR PUSTAKA






http://www.academia.edu/9529829/PROPASAL_UPAYA_PENINGKATAN_PRODUKSI_MINYAK_DI_SUMUR_PRODUKSI_PARAFINIK_UNIT_BISNIS_EP-LIRIK-RIAU_MENGGUNAKAN_INOVASI_SOLVENT_DAN_SURFACTANT